Kebahagian dan Kesedihan

on May 7, 2010


Kita mungkin akan melupakan orang-orang yang tertawa bersama dengan kita, tetapi tidak mungkin kita melupakan orang yang pernah menangis bersama dengan kita.

Terkadang orang-orang yang pernah membuat kita menangis di dalam kehidupan adalah mereka yang akan membuat kita kelak tertawa bahagia, dan sebaliknya mereka yang pernah membuat kita tertawa dan lupa diri akan membuat kita menangis di kemudian hari.

Keindahan sebuah gunung tidak akan pernah kita rasakan ketika kita berada di gunung itu sendiri. Gunung itu tampak indah dan agung jika dilihat dari jauh. Dalam hubungan kekeluargaan, persahabatan dan percintaan terkadang dekatnya kita dengan mereka akan membutakan kita tentang indahnya hubungan yang sedang kita alami. Keindahan dalam suatu hubungan akan terasa ketika hubungan itu terpisah oleh jarak yang berjauhan. Sebahagian besar daripada kita terkadang tidak bersyukur dengan indahnya jarak hubungan yang kita lalui hingga akhirnya jarak itu berubah menjadi kejauhan. Keharuman sekuntum bunga akan hilang ketika kita terus-terusan menciumnya, berjauhan adalah salah satu cara untuk mendatangkan keharuman itu kembali.

Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka bekasnya. Tawa dan kesedihan datang dari sumber yang sama, dan keduanya juga dapat menguraikan air mata. Semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan. Sesungguhnya orang yang berjiwa besar bukanlah mereka mampu dan pandai menahan tangis, tetapi adalah mereka yang pandai menangis di dalam kesabaran. Hanya orang yang bodoh yang tidak mampu menangis dan meluapkan emosinya, tetapi hanya orang bijak yang mampu mengelola tangisnya dalam setiap luapan emosi yang dirasakannya.

Banyak orang yang terlalu menjaga citra diri hingga untuk tertawa dan menangis pun harus teratur dan tertata rapi untuk menimbulkan kesan bahawa sesungguhnya ia adalah orang bijak yang mampu memahami kehidupan dengan baik. Sesunggunya kebijaksanaan itu tidak lagi merupakan kebijaksanaan apabila seseorang telah menjadi terlalu angkuh untuk menangis, terlalu serius untuk tertawa, dan terlalu ego untuk melihat yang lain kecuali dirinya sendiri.

Hidup di dunia ini berlaku hukum keseimbangan. Bukanlah individu yang baik yang setiap saat berbicara tentang akhirat tetapi ia lupa bahawa ia masih bepijak pada dunia yang sesungguhnya adalah tempat ia menyusun tangga-tangga yang akan menghantarkannya menuju akhirat, dan bukanlah individu yang baik juga ketika hanya berbicara tentang keduniaan semata-mata, tetapi ia lupa kemana sesungguhnya tangga-tangga keduniaan itu akan ia arahkan.

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih banyak2 sudi anta komen...huhu

Cerita Dalam Guni...